Teruntuk Diriku Lima Tahun Mendatang
22:37:00
Surat
ini terasa memanggilku untuk bercerita tentang aku, diriku, di lima tahun
mendatang.
Hai,
kamu yang menjadi diriku di lima tahun yang akan mendatang.
Jika
kamu telah berhasil mencapai titik kesuksesan itu, maka aku ucapkan selamat
karena untuk mencapai titik tersebut tidak semudah gerakan supinasi dan
pronasi, yaitu gerakan membalikkan telapak tangan.
Aku
tahu, bukan hal yang mudah bagimu untuk bersusah payah mewujudkan mimpi-mimpi
yang telah kutata rapi di setiap lembaran kertas lamaku.
Ingatkah
kamu betapa rapuhnya kamu disaat badai hidup menerjang? Ketika badai-badai itu
mempertemukanmu dengan gerbang permasalahan yang besar hingga membuatmu penat akan
hidup, padahal kamu tau bahwa Tuhan tidak akan memberikanmu cobaan diluar batas
kemampuanmu.
Sadarkah
kamu bahwa walaupun kamu sering mengeluh mengenai tugas-tugas yang bagaikan
jurang tak berdasar itu, pada akhirnya kamu berhasil melewatinya. Hal ini membuktikan
bahwa kamu
sebenarnya lebih tangguh dari tugas-tugas itu, hanya saja kamu
terlalu tidak percaya diri.
Ingatkah
kamu bagaimana kamu saat lima tahun sebelumnya?
Lima
tahun yang lalu, kamu hanya gadis remaja yang tidak begitu lihai dalam menyikapi
kehidupanmu yang penuh dengan drama. Kamu masih termasuk di dalam sekumpulan
anak remaja yang ceroboh dalam mengambil keputusan.
Akhirnya
aku melihatmu bertumbuh.
Bertumbuh
menjadi putri kebanggaan orang-orang di sekitarmu.
Menjadi
satu dari seribu orang yang penuh dengan kepercayaan diri.
Sudah
seharusnya kamu bangga dengan hasil jerih payahmu.
Hai,
kamu.
Terima
kasih telah rela berjuang mendapatkan kertas yang akan membawamu ke dunia yang
lebih luas.
Terima
kasih telah menjadi pundak dalam menanggung rumitnya beban hidup.
Terima
kasih telah menjadi kuat.
Kuat
menahan bosan yang tiada obat penawarnya.
Kuat
menghadapi buku-buku yang aku tau kamu mungkin saja tidak menyukainya.
Terima
kasih juga telah merelakan waktumu.
Waktumu
untuk menikmati indahnya kehidupan diluar sana.
Waktumu
untuk mempercantik dirimu layaknya teman yang sebaya denganmu.
Untuk
hal-hal itu, terima kasih banyak.
Dan
juga ada satu hal yang harus kuucapkan dengan kerendahan hatiku padamu.
Maafkan
aku.
Telah
membuatmu harus terbangun hingga larut malam.
Telah
membuatmu meneteskan air mata.
Telah
membuatmu melupakan apa yang disebut dunia percintaan.
Telah
membuatmu lupa bagaimana caranya melepas penatmu setelah menekuni buku-bukumu.
Telah
membuatmu menghabiskan hari libur dengan setumpuk bacaan yang wajib kamu pahami
demi mendapatkan nilai A di mata kuliah yang mungkin saja kamu tidak
menyukainya.
Untuk
hal-hal tersebut, maafkan aku.
Tetapi
tanpa hal itu kamu tentu tidak akan belajar dewasa seperti saat ini, bukan?
Belajar
memahami bahwa gelar yang dulunya hanya gelar iseng di atas kertas coretan soal ulangan Matematika, telah
berhasil kamu ganti dengan gelar asli yang tertulis di atas kertas berlogo
kampus idamanku saat itu.
Berbuah
manis, bukan?
Hai,
kamu
Kamu
pasti lelah dengan kesibukan ini, bukan? Tetapi maaf.
Izinkan
aku untuk kesekian kalinya berharap kepadamu.
Izinkan
aku untuk kembali mengarungi dunia pengetahuan yang luas denganmu.
Izinkan
aku menjadikanmu teman bagiku untuk melanjutkan hidup ini.
Karena
dunia berbohong saat mengatakan aku memiliki banyak teman di luar sana, padahal
satu-satunya yang kuanggap teman hanyalah dirimu.
Aku tahu,
pada akhirnya kamu akan merasa puas atas pencapaian yang
telah kamu lakukan, namun ingatlah akan masalah-masalah
yang pernah terjadi karena hal itulah yang
membuatmu bertumbuh.
Sudah, ya.
Kupikir tulisan ini sudah cukup panjang untuk kamu baca.
Salam dariku,
Dirimu lima tahun yang lalu.
Ressyga
2 comments
Hei Ressy lima tahun mendatang, jadilah dokter yg sangat berguna bagi semua orang! Semangaat!!
ReplyDeleteKarena dunia berbohong saat mengatakan aku memiliki banyak teman di luar sana,
ReplyDelete