Pria dalam pelukanku

08:50:00

Dengan bunyi gesekan roda koper dengan jalanan kerikil yang sedikit mengganggu telinga, aku terus berjalan menuju alamat yang ada ditangan ku ini. Tidak tahu pasti ini sebenarnya alamat siapa. Yang aku tahu, ini alamat terakhir yang ditinggalkan mama, sebelum hari itu mama pergi untuk selamanya.
Setiap warung kecil yang aku lewati, aku selalu bertanya dimana pastinya alamat ini. Tetapi sia-sia, karena tidak ada yang mengetahui letak ujung rumah itu.
Oh iya, perkenalkan. Namaku, Bintang Azahrah. Aku biasanya dipanggil Zahrah. Kata mama, Zahrah itu artinya bunga. Entahlah, aku tidak tahu pasti mama bercanda atau serius. Setidaknya aku bersyukur mempunyai nama yang jelas dan cantik ini. Aku mahasiswi disalah satu perguruan tinggi di Jakarta. Singkat perkenalan, aku dibesarkan tanpa seorang ayah.
Ayah pergi tepat sehari setelah aku dilahirkan. Kata mama, ayah pergi untuk membelikan aku boneka panda yang selalu aku merengek meminta itu pada mama. Kata mama, ayah akan kembali disaat aku berumur 10 tahun nanti. Tetapi hingga aku berumur 18 tahun ini, ayah tidak pernah muncul didepan pintu rumah dengan boneka panda janjinya itu.   Yang ada hanyalah mama dengan pria lain, dimana aku tidak mengenalnya dan tidak mau tahu dia siapa.
“ Selamat siang, Pak. Bisa jelaskan saya alamat pasti rumah ini dimana?” Aku menyodorkan kertas yang membawaku hingga ke daerah antah berantah ini.
“Ooh iya saya tahu, dek. Kamu lurus aja, nanti pertigaan belok kanan. Paling ujung ada rumah yang tidak begitu mencolok, nah itu dia” Sembari Bapaknya tersenyum kepadaku.
“Ah.. kemana alamat ini membawaku pergi” gerutuku.
Tepat diujung sana. Aku melihat rumah tua yang sepertinya tidak begitu diurus dengan baik. Warna cat rumah yang memudar, seperti rumah ini tidak pernah dihuni. Perasaan takut menggebu hatiku. Rumah ini layaknya seperti rumah para maling anak-anak.
 “Aku takut, mama”. Ucapku
Aku melangkah menuju pintu rumah itu. Mencoba memberanikan diri dan mengetuk pintu rumah itu dengan tenang.
Keluarlah sesosok pria dengan badan kurus, berantakan, bau asap rokok, bahkan aku juga mencium bau alkohol. Spontan aku kaget dan sedikit mundur dari pintu itu. Bahkan, aku juga menutup hidungku yang memang tidak kuat dengan bau pria ini.
Pria itu tersenyum.
“ Maaf, apa alamat ini benar disini?” Ucapku bertanya.
Tanpa persetujuan dari aku, pria itu memelukku dengan sangat kuat. Ingin sekali aku melepaskan, tetapi berujung gagal, karena pelukan pria itu lebih kuat dari usahaku untuk melepaskannya.
Tanpa sengaja, aku merasakan baju pada pundakku sedikit basah. Tidak hujan, bahkan tidak ada tanda-tanda air menetes dari atas atap. Aku kira ini adalah air mata dari pria itu. Pria yang beraninya memelukku padahal aku tidak tahu sama sekali siapa dia.
Sesaat setelah pria itu melepaskan pelukan denganku, dia mengizinkan aku masuk dengan tanpa bicara sedikit pun.
Aku mengelilingi rumah yang tidak begitu besar itu. Mataku beralih pada sudut ruangan itu. Dimana aku melihat boneka panda besar yang masih terbungkus rapi.
Aku hanya diam. Berusaha mencerna dengan baik apa maksud mama membawaku kepada alamat ini. Dan apa maksud pria ini memelukku hingga meneteskan air mata.
“Mama, Zahrah tidak mengerti apa maksud semua ini. Siapa pria ini? Mengapa ada boneka panda besar yang selama ini Zahrah inginkan, ma?” Aku bertanya pada semesta. Siapa tahu, semesta ini dapat menyampaikan pertanyaanku itu pada mama yang memang sudah tidak ada lagi.
Aku memeluk boneka itu. Yang tanpa aku sadari, boneka itu mengeluarkan suara.
“ Halo, Zahrah. Aku bubu yang dititipkan ayahmu untuk menjaga kamu. Jangan suka sedih ya” Begitu kalimat yang keluar dari boneka itu. Tetapi anehnya, aku tahu pasti bahwa itu adalah suara pria yang saat ini bersamaku.
Lagi-lagi pria itu datang memelukku. Kali ini, aku membalas pelukan itu. Walaupun pria itu masih belum menjelaskan identitasnya siapa. Hanya saja, aku hanyut dalam suasana yang aku tunggu selama ini. Dia, pria dalam pelukan.

You Might Also Like

2 comments

  1. kenapa ga nulis di wattpad bukannya mau jadi penulis

    sang penulis sekarang dan penulis lima tahun di masa depan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awal mula aku menulis di Blog, jadi pengennya terusin di Blog dulu:)
      Btw, terima kasih sarannya:)

      Delete

View